Jumat, 12 Februari 2010

Dunia yang Turbelens


Kita hidup di dunia yang turbelens, segala sesuatu dapat berubah sewaktu-waktu tanpa kita menyadarinya, tanpa bertanya apakah kita sudah punya persiapan untuk menghadapi setiap perubahan,waktu akan tetap berjalan tidak bisa dihentikan. Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan waktu.
Ada saat dimana kita merasa semua yang terjadi tidak memihak kepada kita. Dan waktu tetap terus berjalan, lalu menjawab bahwa kejadian yang tidak memihak kepada kita adalah bagian kecil dari kehidupan yang mungkin justru membuat kita menjadi lebih baik.
Kita hidup di dunia yang turbelens, maka bersiap akan semua kemungkinan yang dapat terjadi. Bila ingin membuat rencana, buatlah rencana-rencana cadangan atas apa-apa yang akan dilakukan. Ingat manusia hanya bisa berencana, bukan menentukan kejadian. Tuhan adalah maha perencana yang menentukan segala sesuatu terjadi. Lihat apa yang terjadi saat sebuah rencana dijalankan. Apa kendala, apa yang kita lakukan untuk mengendalikannya. Setiap kendala atau rintangan harus dihadapi bukan dihindari.
Setiap waktu, setiap kejadian memperkaya pengalaman hidup. Betapa terbatas pengalaman hidup seseorang bila hanya membatasi pada diri pribadi. Luangkan waktu untuk berbagi cerita dengan teman, membaca buku dan melakukan kegiatan sosial akan lebih memperkaya pengalaman hidup. Sebab kita hidup di dunia yang turbelens.
Kita hidup di dunia yang turbelens, dimana ekonomi bergerak melewati siklus tertentu, namun tidak beraturan. Ada masa ekspansi, masa puncak, masa resesi dan masa depresi. Di masa ekspansi ekonomi bergairah seperti menerima darah baru yang mengalir di seluruh tubuh, sehingga lapangan kerja bertambah, pengangguran dapat diserap dunia industri. Masa puncak adalah kelanjutan masa ekspansi, uang (sebelumnya saya umpamakan sebagai darah) ada dimana-mana, namun mengakibatkan harga meningkat gila-gilaan. Kemudian masa resesi datang untuk menahan harga yang meningkat tajam, peredaran uang dikurangi. Pengangguran kembali meningkat sebab industri  kehilangan gairah. Lalu bila terjadi masa resesi yang berlebihan maka datang masa depresi. Industri lesu. Ada yang gulung tikar karena minat pembeli berkurang berlebihan dengan kurangnya peredaran uang. Keempat siklus ekonomi ini akan selalu berulang tanpa batasan waktu yang jelas. Apakah kita siap menghadapinya?
Kita hidup di dunia yang turbelens, bersiaplah akan segala perubahan yang kadang mendadak kadang pula berjalan lambat. Ketidakteraturan bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tidak beraturan sehingga pada buku manual setiap produk merasa perlu menulis: design & specifications are subject to change without prior notice.
Kita hidup di dunia yang turbelens

Melak, 12 Februari 2010

Jumat, 05 Februari 2010

Lalu lintas perjalanan darat


Dalam perjalanan kami ke dan dari tempat orang tua istri saya dengan mengendarai sepeda motor ada saja terlihat keramaian yang tidak biasa. Orang-orang berkerumun melihat entah itu ada mobil tabrakan, mobil terbalik atau pun sepeda motor terjatuh. Jarak rumah kami ke rumah orang tua sekitar 52 km dan kami berkunjung ke sana sedikitnya 2 bulan sekali. Keramaian yang tidak biasa itu terjadi hampir 3 dari 4 kali kami melakukan perjalanan ke sana.
Kecelakaan lalu lintas sudah menjadi berita akrab di mata dan telinga kita. Pada sebagian orang bisa jadi berlalulintas dengan selamat adalah sebuah keberuntungan. Kondisi yang menyedihkan. Sementara melakukan perjalanan (darat dalam hal ini) sudah menjadi bagian hidup kita setiap hari.
Ada banyak faktor yang mengakibatkan kecelakaan terjadi. Dalam banyak hal kita tidak bisa mengendalikan atau sebut lah mencegah kecelakaan. Tapi pada akhirnya kembali kepada diri kita sendiri. Sudah kah kita bercermin: apa yang telah kita lakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas?
Pada perjalanan kami terakhir dari rumah orang tua, sebuah mobil terbalik sehingga atap mobil berada di permukaan tanah. Semua kaca pecah walau rangka mobil masih utuh. Saya tidak berhenti saat melihat keramaian yang tidak biasa terjadi di tempat kejadian mobil terbalik tersebut. Saya hanya mengurangi kecepatan dan berdoa dalam hati: semoga saja tidak ada korban jiwa.
Mungkin di antara keramaian orang itu ada yang menduga-duga bahwa penyebab kecelakaan itu adalah desain jalan yang sempit dan menikung. Ada pula yang menduga mungkin pengemudi ngantuk. Dan seterusnya-seterusnya.
Yakinlah kecelakaan dapat kita cegah. Paling tidak kita dapat mengendalikannya dari diri kita masing-masing. Lakukan pengecekan kesiapan kendaraan sebelum digunakan. Berkendara lah dengan cara yang defensif bukan ofensif. Kita akan lebih mudah mengendalikan kendaraan kita bila kecepatan kendaraan tidak tinggi. Sesekali dalam setiap 5 detik tengok spion kiri-tengah- kanan  sekejap untuk melihat apa-apa kendaraan lain atau benda lain di belakang. Perhatikan jalan, lihat ke depan sejauh mata memandang dan buat rencana cepat apa yang harus dilakukan bila ada lubang atau kendaraan lain yang lebih lambat. Bila sangat perlu mendahului tunggu sampai kita dapat memastikan di depan tidak ada yang menghalangi—pada tikungan, turunan dan tanjakan sebaiknya tidak mendahului karena hal ini tidak cukup terpenuhi. Saling menghormati sebagai sesame pengguna jalan raya terutama pejalan kaki juga merupakan bagian dari berkendara secara defensif.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Alat Pelindung Diri (APD). Saat mengendarai sepeda motor: gunakan helm dengan benar sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), kacamata, jaket, celana panjang dan sepatu/sandal. Saat mengendarai mobil: gunakan selalu seat belt dan peralatan keselamatan lainnya bila diperlukan seperti air bag.
Memang APD tersebut tidak sepenuhnya mencegah kecelakaan. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu dapat mengurangi tingkat keparahan akibat. Sedang cara efektif pencegahan kecelakaan adalah dengan tidak melakukan perjalanan sama sekali. Tapi dengan begini kita hanya tertelungkup di bawah tempurung yaitu hanya berada di satu tempat saja karena ketakutan akan risiko celaka.
Sebagai penutup mulai sekarang berkendara dengan aman. Kita tidak perlu buru-buru meninggalkan dunia karena kecelakaan lalu lintas untuk menuju surga. Tuhan adalah maha perencana, surga dapat menunggu.

Balikpapan, 27 Januari 2010