Selasa, 26 Maret 2019

Saya Marah

Bukan kesabaran namanya bila ada batasnya #SayaMarah.

Ya, saya marah. Ada kalanya kita perlu mengungkapkan kemarahan kita secara tertulis. Karena situasi seperti berhimpitan seenak-perutnya, bila kita terus-terusan bersabar. Saat kesabaran mencapai batasnya, itu tidak layak lagi disebut kesabaran. Sehingga lebih tepatnya disebut kemarahan. Bukan kesabaran.

Dengan background warna merah saya tulis di status akun facebook saya: "Saya Marah".
Postingan pada hari Sabtu, 16/03/2019 ini dengan cepat mendapatkan berbagai tanggapan. Sampai hari saya menuliskan artikel ini status itu telah mendapatkan 25 jempol, 7 wow, 3 hahaha, dan 1 hati.

Tentu saja simbol-simbol itu menjadi bebas diartikan apakah sebenarnya maksud dari pemberi tanggapan terhadap status itu oleh orang yang melihat. Sama bebasnya dengan status "Saya Marah" itu sendiri. Kalimat yang terucap, atau zaman now kalimat yang terposting menjadi bebas diterjemahkan oleh orang yang mendengar/melihat.

Ada pula yang berkomentar pada status itu. Setidaknya ada 23 orang berkomentar. Ada yang berkomentar serius, ada juga yang komentar bercanda, bahkan ada yang komentar seperti tidak peduli.

"Saya kenal orang ini sangat sabar," tulis salah seorang teman berkomentar.

"Saya sedang mengetik," tulis teman lain.

"Marah kok ngomong..makan dong," tampaknya teman satu ini sedang lapar.

"Ya jangan ke saya dong," setengah bercanda teman yang satu lagi komentar.

"Marah aja jau nda urus aq ta masak dulu, " teman saya yang seorang ibu rumah tangga memiliki 3 anak lelaki bebas lah mau komentar apa.

Itulah sebuah kalimat menjadi bebas, lepas, seperti seekor merpati yang terbang ke angkasa. Dan parahnya lagi justru kalimat dengan status negatif akan mendapatkan tanggapan dan komentar lebih cepat dan banyak. Itulah salah satu sebab mengapa hoax yang umumnya berita negatif bahkan menyinggung Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) menjadi leluasa berkembang seperti bunga bangkai raksasa yang mendapati siklus berbunganya setelah sekitar lima tahunan.

Jika kamu melihat postingan entah itu video, tulisan atau pun foto yang menyinggung SARA dan dapat memancing kemarahanmu. Segera redam amarahmu. Hanya dirimu sendiri yang dapat mengendalikan emosimu.

Jangan pernah menyukai atau pun memberi tanggapan apa pun pada postingan berbau SARA. Lebih jauh lagi memberikan komentar dan share postingan tersebut. Itu akan menimbulkan efek bola salju sehingga lebih banyak orang terkait pertemanan denganmu melihat. Dan sejujurnya bila mengendalikan emosimu sendiri saja susah, memberi tanggapan, komentar dan share akan memberi peluang kesusahan pengendalian emosi berjamah. Jadi ingat bila ada postingan berbau SARA, cukup stop di kamu.

Sebagai contoh postingan "Saya Marah" itu pun ada pula mungkin teman-teman saya yang bertanya-tanya dalam hati sebenarnya apa yang terjadi, yang hanya pembaca diam. Yang dalam hatinya kita tidak tahu apa yang berkecamuk. Dan lagi-lagi saya pun tidak tahu apa yang akan menjadi outcome dari itu karena mereka diam.

"Saya juga awalnya begitu mas jo, take a deep breath dan bantu mendoakan saja," ujar teman yang bekerja dan tinggal di Australia dengan bijak.

Dia menebak-nebak ke mana arah kemarahan saya. Dia menyimpulkan sendiri kalau saya marah dengan kejadian penembakan di Christchurch, Selandia Baru.

Saya marah, iya. Penembakan itu biarlah hukum yang memproses sekelompok pelaku tersebut. Status media sosial yang sengaja saya buat sebagai kalimat terbuka menjadi berbagai arti di pikiran teman-teman saya. Hal itu juga yang dapat terjadi dengan sebuah video. Bila ada video di media sosial yang dapat memancing emosimu. Cukup stop di kamu. Jangan sebarkan. Karena kita tidak tahu reaksi tiap orang akan seperti apa. Ayo menjadi bijak dalam bermedia-sosial.
Kita Indonesia. Keberagaman kita adalah kesatuan yang istimewa. Saya bangga menjadi orang Indonesia.


Balikpapan, 20 Maret 2019

Kamis, 31 Desember 2015

Jalan MT Haryono Balikpapan




Terimakasih kepada Satlantas Polres Balikpapan atas spanduk peringatannya. Namun risiko itu tetap ada dan tetap berhati-hati

Saya selalu ingat dengan cerita Bapa saya tentang kita harus lah selalu bergerak maju. Pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari nafkah. Orang yang takut jalan di darat ketabrak atau ditabrak, orang yang takut naik kapal takut tenggelam dan orang yang takut naik pesawat karena takut jatuh, akan diam aja di satu tempat. Tidak bergerak. Karena hidupnya hanya dikelilingi ketakutan.
Lalu apa hubungannya dengan Jalan MT Haryono Balikpapan? Jalan MT Haryono Balikpapan adalah jalan yang menghubungkan Balikpapan Selatan/Balikpapan Kota menuju Balikpapan Barat arah Balikpapan Utara. Jalan yang panjang, yang mempunyai 2 titik tumpukan lalu lintas hampir sepanjang hari yaitu di jalan masuk di Kelurahan Damai dan Simpang 4 Balikpapan Baru. Pada sore hari bahkan titik kemacetan bertambah di exit Jalan Soekarno-Hatta Km 4-5. Belum lagi setidaknya  Jalan MT Haryono memiliki 5 puncak yang membentuk turunan dan tanjakan curam.
Sungguh salah satu jalan utama di Balikpapan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Loh kok salah satu? Jadi masih ada jalan utama lain yang memiliki risiko tinggi? Tentu saja saya harus megakui iya. Balikpapan bukan lah kota yang sempurna untuk urusan jalan.
Risiko berkendara di jalan raya Balikpapan relatif tinggi dengan tingkat interaksi yang tinggi pula kendaraan yang lebih kecil (baca: motor) berada di jalan dan waktu yang sama dengan kendaraan besar dan panjang pengangkut alat berat, material atau pun peti kemas penuh muatan.
Di penghujung tahun 2015 ini bila kita tengok apa yang terjadi kemarin di Jalan MT Haryono. Muatan yang jatuh, truk yang tidak kuat menanjak, truk terguling, bahkan sampai ada korban jiwa pada sebuah kecelakaan truk peti kemas yang roboh menimpa sebuah mobil di belakangnya setelah tidak kuat menanjak.
Kejadian-kejadian yang berulang. Kejadian-kejadian yang sebelumnya mungkin sebagian orang bilang tidak apa hanya kendaraan yang rusak. Namun pada tahun 2015 ini sudah ada korban jiwa. Saya tidak mengetahui bila ada kejadian yang mengakibatkan korban jiwa sebelumnya dengan terbatasnya pengetahuan pribadi saya.
Saya melewati jalan yang sama yang dilewati oleh korban setiap hari dan interaksi dengan kendaraan yang lebih besar pun tetap ada di jalan tersebut. Hal yang bisa saya lakukan hanya lah menahan diri, mengambil jarak bila harus berdekatan dengan kendaraan lebih besar. Huh, sepeda motor dengan gear yang sudah aus saya hanya harus menyingkir sampai kendaraan tersebut berhasil melewati puncak atau terhenti penuh bila tidak mampu menanjak.
Jalan MT Haryono sudah sekian lama digunakan dan risiko tektur jalan yang berbukit tetap ada sampai sekarang. Saya tidak tahu kapan akan ada perbaikan. Saya berharap pemerintah kota dan wakil rakyat mau bekerja keras untuk perbaikan Jalan MT Haryono ke depannya. Agar risiko jalan tersebut dapat diturunkan. 
INGAT: Meski tahun akan berganti 2016 besok, risiko jalan MT Haryono tetap ada.

Balikpapan, 31 Desember 2015

Senin, 01 Oktober 2012

Risiko Kata

Setiap kata yang terucap, lepas dan bebas mendapatkan arti dari pendegarnya. Ah, andai saja semua orang selalu berpikiran positif. Namun tidak pada kenyataannya mau tidak mau, kita secara sadar atau tidak sadar, lebih banyak