Senin, 02 Juli 2012

Cerpen: Tidak Usah Tinggalkan Balikpapan


Kakak, adikmu ini sampai sekarang berusaha memegang teguh perkataan kakak. “Didit, tetap lah di kampung, tidak usah tinggalkan Balikpapan. Jaga ibu dan adik-adik. Kakak harus bekerja di Batu Kajang, 4 bulan lagi baru bisa balik.”
Aku masih di sini, kakak, di Balikpapan. Aku tidak seperti kakak yang lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena  kakak pandai dan lulus STM dengan nilai baik. Aku hanya lulus SMA dengan nilai pas-pasan. Pernah adikmu ini berhasil masuk bekerja di Samboja dengan usaha yang keras dan lewat jalur keras. Namun sekarang ini proyek telah habis dan tidak ada perusahaan yang mau
menerima bekerja adikmu ini setelah itu.
Di kampung semakin tidak menentu, teman-teman banyak yang masih menganggur. Sehari-hari kami berjudi, uang kami dapat dari mengangkut barang-barang di pasar atau menjadi tukang parkir. Kemudian ada suplier yang menawarkan ku untuk menjadi dokter. Di kampung ada beberapa pasien, kakak. Di samping itu adikmu ini mulai merambah ke tempat-tempat lain di Balikpapan.
Adikmu ini sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun,  apa-apa sekarang mahal, kakak, ibu perlu dibantu untuk sehari-hari.  Namun adik selalu berdoa semoga diberikan umur panjang oleh Yang Maha Kuasa agar dapat memperbaiki diri kelak. Bukan kah, kakak pernah bilang, hidup adalah menghadapi masalah. Dan untuk sementara, ini lah cara adikmu ini menghadapi masalah, menghadapi risiko. Hidup adalah keberanian, kata kakak lagi.
Risiko persaingan dengan dokter lain memang ada. Namun hidup adalah keberanian. Sekarang ini adikmu tidak pernah lepas dari sobat kecil tajamku, badik.
Bila kakak masih ingat, adik pernah minta tolong untuk dicarikan pekerjaan apa saja di tempat kerja kakak. Selanjutnya kakak tidak pernah menanggapi permintaan adikmu ini tentang pencarian pekerjaan. Tampaknya kakak tidak tega melihat adik bekerja setiap hari 12 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu pada pertambangan batu bara. Lagi pula kakak lebih menginginkan adik tetap menjaga ibu dan adik-adik di Balikpapan.
Sampai surat ini adik tulis, adik tidak meninggalkan Balikpapan. Walaupun adik sudah tidak lagi bagian dari kemajuan Balikpapan. Adikmu ini telah menjadi dokter yang melayani pasien dengan obat-obatan. Adikmu ini telah masuk DPO. Aparat sudah mencari-cari adikmu ini.
Pernah tiga hari aku tinggal di kos-kosan teman sesama dokter, dia seorang perantauan dari luar pulau Kalimantan, badannya penuh tato, namun berambut rapi. Dia selalu memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk menutupi tatonya.  Kami sama-sama mendengarkan musik. “Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti…” lagu dari kaset yang adik pinjam saat kakak akan berangkat ke Batu Kajang.
Dia meminjam kaset kaka, namun tidak berniat mengembalikannya saat aku tagih kembalikan. Sampai aku harus merebutnya dengan perkelahian kecil. Badik adik tikam kan ke perutnya kemudian lari bersama kaset kakak.
Kakak, adikmu ini akan terus di sini di Balikpapan. Akan selalu Didit ingat pesan kakak: “Tidak usah tinggalkan Balikpapan.”
Bila kakak telah membaca surat ini berarti kakak telah kembali ke Balikpapan. Adik dapat kakak temui di antara warung-warung di  jalan Gajah Mada pada malam hari adik tidur di situ.Kaset kakak akan adik kembalikan.
Salam dari adikmu untuk kakak tersayang,

Didit
***
Seorang ibu mendekati paruh baya bersama dua anak, lelaki dan perempuan, sedang menyapu air mata yang terus berlinang. Anak lelakinya kira-kira sebaya anak kelas 6 terlihat lebih tegar. Sementara anak yang perempuan, yang sebaya anak kelas 3, berlinangan air mata.
Di depan mereka ada dua kuburan. Satu di antaranya tepat di depan sang ibu duduk masih terlihat gundukan tanah yang masih merah. Itu adalah kuburan anak lelakinya yang meninggal akibat kecelakaan kerja. Truck raksasa yang dikemudikannya jatuh ke kolam saat mundur akan membuang muatan ke kolam. Di sebelah kuburan itu adalah kuburan suaminya.
Baru saja dibacakan sebuah surat dari anaknya yang lain untuk kakaknya yang meninggal.
Matahari semakin meninggi, di hari yang cerah pagi itu, “Ayo, kita tengok kakak kalian di Stal Kuda.”

Melak, 8 Februari 2012
Catatan:
- “Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti…” adalah syair salah satu lagu Dewa.
- Stal Kuda adalah wilayah di Balikpapan tempat rumah tahanan berada.

2 komentar:

  1. blog walking today..
    ditunggu kunjungan baliknya yaa di Asli Urang Alabio™.
    sekalian join / follow back yaa, karena blognya juga sudah sy follow ,
    mari bertukar link ria gratis dengan kami, disini
    Dapatkan Top Free Auto Backlink Disini
    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok, RR, Terimakasih atas kunjungannya. Lgsg ke tkp

      Hapus