Kakak, adikmu ini
sampai sekarang berusaha memegang teguh perkataan kakak. “Didit, tetap lah di
kampung, tidak usah tinggalkan Balikpapan. Jaga ibu dan adik-adik. Kakak harus
bekerja di Batu Kajang, 4 bulan lagi baru bisa balik.”
Aku masih di sini,
kakak, di Balikpapan. Aku tidak seperti kakak yang lebih mudah mendapatkan
pekerjaan karena kakak pandai dan lulus STM
dengan nilai baik. Aku hanya lulus SMA dengan nilai pas-pasan. Pernah adikmu
ini berhasil masuk bekerja di Samboja dengan usaha yang keras dan lewat jalur
keras. Namun sekarang ini proyek telah habis dan tidak ada perusahaan yang mau
menerima bekerja adikmu ini setelah itu.
menerima bekerja adikmu ini setelah itu.
Di kampung semakin
tidak menentu, teman-teman banyak yang masih menganggur. Sehari-hari kami
berjudi, uang kami dapat dari mengangkut barang-barang di pasar atau menjadi
tukang parkir. Kemudian ada suplier
yang menawarkan ku untuk menjadi dokter.
Di kampung ada beberapa pasien,
kakak. Di samping itu adikmu ini mulai merambah ke tempat-tempat lain di
Balikpapan.
Adikmu ini sudah tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Namun,
apa-apa sekarang mahal, kakak, ibu perlu dibantu untuk sehari-hari. Namun adik selalu berdoa semoga diberikan
umur panjang oleh Yang Maha Kuasa agar dapat memperbaiki diri kelak. Bukan kah,
kakak pernah bilang, hidup adalah menghadapi masalah. Dan untuk sementara, ini
lah cara adikmu ini menghadapi masalah, menghadapi risiko. Hidup adalah
keberanian, kata kakak lagi.
Risiko persaingan
dengan dokter lain memang ada. Namun
hidup adalah keberanian. Sekarang ini adikmu tidak pernah lepas dari sobat
kecil tajamku, badik.
Bila kakak masih
ingat, adik pernah minta tolong untuk dicarikan pekerjaan apa saja di tempat
kerja kakak. Selanjutnya kakak tidak pernah menanggapi permintaan adikmu ini
tentang pencarian pekerjaan. Tampaknya kakak tidak tega melihat adik bekerja
setiap hari 12 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu pada pertambangan
batu bara. Lagi pula kakak lebih menginginkan adik tetap menjaga ibu dan
adik-adik di Balikpapan.
Sampai surat ini adik
tulis, adik tidak meninggalkan Balikpapan. Walaupun adik sudah tidak lagi
bagian dari kemajuan Balikpapan. Adikmu ini telah menjadi dokter yang melayani pasien dengan obat-obatan. Adikmu ini telah masuk
DPO. Aparat sudah mencari-cari adikmu ini.
Pernah tiga hari aku
tinggal di kos-kosan teman sesama dokter,
dia seorang perantauan dari luar pulau Kalimantan, badannya penuh tato, namun
berambut rapi. Dia selalu memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk
menutupi tatonya. Kami sama-sama
mendengarkan musik. “Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti…” lagu dari
kaset yang adik pinjam saat kakak akan berangkat ke Batu Kajang.
Dia meminjam kaset
kaka, namun tidak berniat mengembalikannya saat aku tagih kembalikan. Sampai
aku harus merebutnya dengan perkelahian kecil. Badik adik tikam kan ke perutnya
kemudian lari bersama kaset kakak.
Kakak, adikmu ini akan
terus di sini di Balikpapan. Akan selalu Didit ingat pesan kakak: “Tidak usah
tinggalkan Balikpapan.”
Bila kakak telah
membaca surat ini berarti kakak telah kembali ke Balikpapan. Adik dapat kakak
temui di antara warung-warung di jalan
Gajah Mada pada malam hari adik tidur di situ.Kaset kakak akan adik kembalikan.
Salam dari adikmu
untuk kakak tersayang,
Didit
***
***
Seorang ibu mendekati paruh baya bersama dua anak, lelaki
dan perempuan, sedang menyapu air mata yang terus berlinang. Anak lelakinya
kira-kira sebaya anak kelas 6 terlihat lebih tegar. Sementara anak yang
perempuan, yang sebaya anak kelas 3, berlinangan air mata.
Di depan mereka ada dua kuburan. Satu di antaranya tepat di
depan sang ibu duduk masih terlihat gundukan tanah yang masih merah. Itu adalah
kuburan anak lelakinya yang meninggal akibat kecelakaan kerja. Truck raksasa yang dikemudikannya jatuh
ke kolam saat mundur akan membuang muatan ke kolam. Di sebelah kuburan itu
adalah kuburan suaminya.
Baru saja dibacakan sebuah surat dari anaknya yang lain
untuk kakaknya yang meninggal.
Matahari semakin meninggi, di hari yang cerah pagi itu, “Ayo,
kita tengok kakak kalian di Stal Kuda.”
Melak, 8 Februari 2012
Catatan:
- “Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti…” adalah syair
salah satu lagu Dewa.
- Stal Kuda adalah wilayah di Balikpapan tempat rumah tahanan
berada.
blog walking today..
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya yaa di Asli Urang Alabio™.
sekalian join / follow back yaa, karena blognya juga sudah sy follow ,
mari bertukar link ria gratis dengan kami, disini
Dapatkan Top Free Auto Backlink Disini
Terima kasih
Ok, RR, Terimakasih atas kunjungannya. Lgsg ke tkp
Hapus